Wednesday 30 October 2019

KETRAMPILAN PROSES SEBAGAI PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN IPA


KETRAMPILAN PROSES SEBAGAI PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN IPA 
Oleh: A. INDRA NIHLAH ANNASHIH, S.Pd, M.Pd
ABSTRAK
      Pendekatan scientific dalam kurikulum 2013 menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir iniPenerapan pendekatan scientific menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu  mengamati, menanya,  mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan scientific dalam pembelajaran IPA dapat diterapkan melalui keterampilan proses. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran (Rustaman :2005). Rumusan Masalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini (1) Apakah Pendekatan Saintifik bisa diaplikasikan dalam pembelajaran IPA?, (2) Bagaimana Penerapan Ketrampilan Proses pada Pendekatan  Saintifik dalam Pembelajaran IPA?. Tujuannya adalah (1) Mengetahui karakteristik, epistimologi Pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dan (2) Mengetahui Penerapan Ketrampilan Proses pada Pendekatan  Saintifik dalam Pembelajaran IPA.
      Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah : melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine, 2013).
      Pendekatan saintifik yang dikembangkan dalam kurikulum 2013, sebenarnya sangat relevan dengan potensi serta tujuan umum pembelajaran IPA. Melalui penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yang disajikan dengan strategi dan metode yang tepat, mudah-mudahan siswa dapat terlatih dalam keterampilanscientific. Rekomendasi yang bisa diberikan adalah Pembelajaran IPA sebaiknya bisa memanfaatkan lingkungan,   dan pengampu materi IPA harus mampu atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi, memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori, mendorong siswa aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen, memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, dan memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
      Adanya pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.  Penerapan pendekatan scientific menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya,  mencoba, menalar dan mengkomunikasikan
      Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. 
      Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Pembelajaran IPA sebagian masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa.  Para siswa telah memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya.
      Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.
      Pendekatan scientific dalam pembelajaran IPA dapat diterapkan melalui keterampilan proses. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran (Rustaman :2005)
2. Rumusan Masalah
      Kurikulum 2013 sudah disahkan dan penerapan untuk beberapa jenjangpun dimulai di Tahun Pembelajaran 2013/2014. Metode pembelajaran yang dinilai pas untuk kurikulum 2013 ini ialah melalui konsep Pendekatan Scientific. Dalam karya tulis ini perumusan masalahnya adalah:
  1. Apakah Pendekatan Saintifik bisa diaplikasikan dalam pembelajaran IPA?
  2. Bagaimana Penerapan Ketrampilan Proses pada Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPA?
3. Tujuan
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk :
  1. Mengetahui karakteristik, epistimologi Pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA
  2. Mengetahui Penerapan Ketrampilan Proses pada Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPA
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pembelajaran IPA
      Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
      Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. 
      Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
      Carin dan Sund (1993) dalam Indrawati ( 2007) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
  1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
  2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
  3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
  4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari
      Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
      Pada kurikulum IPA tahun 2006 yang lalu dinyatakan bahwa “Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah”. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan scientific pada pembelajaran IPA bukanlah hal yang baru, penerapannya diintegrasikan pada berbagai model, strategi, metode dan pendekatan lainnya yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
2. Definisi Pendekatan Saintifik
      Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber  melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
      Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
      Proses pembelajaran  dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
  1. Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
  2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
  4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
  5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
  6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
  7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • berpusat pada siswa.
  • melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
  • melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
  • dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA
      Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Uraian mengenai aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta telah diuraikan dengan lengkap padahandout Pendekatan–pendekatan Ilmiah. Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan berkomunikasi (Require communication)
a. Mengamati
      Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut Nuryani, 1995 mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka pengumpulan data atau informasi. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk meningkatkan keterampilan mengamati, maka didalam pembelajaran sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan siswa mengunakan berbagai panca indranya untuk mencatat hasil pengamatan.
b. Menganalisis
      Wonder grows with understanding and understanding come of analysis. (Mc Colum, 2009Analisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Misalnya data pengamatan yang diperoleh sendiri. Berikan kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola atau grafik dari data yang diperolehnya. Latih peserta untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan menghitung.
c. Mengkomunikasikan
      Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
      Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatanscientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah : melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine, 2013)
      Keterampilan yang dilatihkan sering ini dikenal dengan keterampilan proses IPA. American Association for the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses tersebut tertera pada tabel 1.
Description: Ratna P
4. Implementasi Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA
      Pada pembelajaran IPA pendekatan scientific dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Pada tabel berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub indikatornya.
Untuk lebih memahami bagaimana menerapkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA, berikut ini uraian beberapa jenis keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu yang dapat dilatihkan pada peserta didik tingkat SMP.
a. Pengamatan
      Mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka pengumpulan data atau informasi ( Nuryani, 1995). Mengamati dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Keterampilan pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebutpengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebutpengamatan kuantitatif. Pengamatan dapat dilakukan pada obyek yang sudah tersedia dan pengamatan pada suatu gejala atau perubahan.
Contoh : Sekelompok peserta didik diminta mengamati beberapa tepung yang berbeda jenisnya baik rasa, warna, ukuran serbuk dan baunya.
b. Pengukuran
      Keterampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Contoh : Peserta didik melakukan pengukuran suhu menggunakan termometer, menimbang berat benda dengan berbagai neraca, mengukur volume cairan menggunakan gelas ukur, mengukur panjang dengan menggunakan penggaris atau mengukur benda dengan jangka sorong.
c. Klasifikasi
      Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila peserta didik telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini.
1) Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
2) Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek
      Klasifikasi berguna untuk melatih peserta didik menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya. Sebagai contoh peserta didik mengklasifikasikan jenis-jenis hewan, tumbuhan, sifat logam berdasarkan kemagnetannya
d. Menyimpulkan
     Menyimpulkan didalam keterampilan proses dikenal dengan istilah inferensi. Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan pembelajaran konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya
e. Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan mengkomunikasikan ini diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Mengutarakan suatu gagasan.
2) Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu objek atau kejadian.
3) Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
      Pendekatan saintifik yang dikembangkan dalam kurikulum 2013, sebenarnya sangat relevan dengan potensi serta tujuan umum pembelajaran IPA. Pada saat guru menyajikan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses peserta didik akan belajar mengamati, mengolah data atau menganalisis data, dan memkomunikasikan hasil pengamatan dan analisisnya. Keterampilan bertanya dapat ditingkatkan jika guru memberikan suatu fenomena yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu mereka. Melalui penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yang disajikan dengan strategi dan metode yang tepat, mudah-mudahan siswa dapat terlatih dalam keterampilan scientific. Dan memenuhi apa yang diharapkan Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Rekomendasi
      Pembelajaran IPA tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas saja tetapi bisa dilaksanakan di luar kelas seperti memanfaatkan lingkungan, maka dari kesimpulan tulisan ini, dapat direkomendasikan sebagai berikut:
  1. Pembelajaran IPA sebaiknya bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, sehingga pembelajaran IPA bisa tampak nyata.
  2. Pengampu Materi IPA harus mampu atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi, memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori, mendorong siswa aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen, memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, dan memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. (2007). Model-model pembelajaranInformasi. Modul PPPPPTK IPA. Bandung PPPPTK IPA
Poppy. K.D. (2010). Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA. Modul Program BERMUTU. Bandung:P4TK IPA
Rustaman, N. Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press
Sudarwan. (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik


No comments:

Post a Comment