BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teknologi
adalah perkembangan alat bantu untuk memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi
juga sebagai alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Teknologi
pun memasuki berbagai bidang dalam kehidupan manusia untuk meningkatkan
efektifitas suatu produksi ataupun kegiatan untuk penggunanya. Dunia pendidikan
pun tidak luput dari integrasi teknologi dalam rangka efektifitas dan efisiensi
pembelajaran. Teknologi dalam bidang pendidikan juga harus dapat dikembangkan
dengan baik demi terwujudnya kehidupan bangsa yang cerdas..
Bangsa
yang cerdas berarti mengarah pada sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya manusia yang berkualitas berakar pada kualitas pendidikan yang juga
berkualitas. Karena hakikatnya untuk mengembangkan diri manusis membutuhkan
pendidikan agar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi
masyarakat bangsa dan negara.
Manusia
dapat mengembangkan diri melalui pendidikan karena manusia menyadari hakikat
siapa sebenarnya dirinya. Dalam rangka meningkatkan pengembangan dirinya dan
kualitas hidup manusia jalan utama adalah melalui pendidikan. Dalam,
mendidik atau bertugas sebagai pendidik sangat penting mengetahui
aspek-aspek hakekat manusia tersebut agar menjadi arah sesungguhnya atau tujuan
paling utama meningkatkan kualitas hidup manusia. Pendidikan memiliki konsep
dan pengertian yang luas dan batasan-batasan untuk dikaji lebih dalam.Salah
satu tugas penting para pendidik adalah mengetahui, memahami dan dapat
mengaplikasikan serta menerapkan kajian ilmu tentang konsep pendidikan.
Teknologi merupakan salah satu
pemecahan masalah dalam dunia pendidikan, karena dapat menembus batas ruang dan
waktu. Integrasinya pun makin kuat pada masa globalisasi teknologi dapat
menjadi sarana penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang sangat memiliki
berbagai pulau yang berjauhan dan terpisah-pisah serta ragam budaya. Pemecahan
masalah tersebut merupakan salah satu kepentingan dari teknologi pendidikan.
Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan, tapi dikarenakan kekayaan Indonesia yang memiliki
berbagai daerah hal tersebut membuat masih adanya daerah-daerah yang belum
tersentuh pendidikan. Sangat diperlukan pembentukan sumber-sumber belajar agar
masyarakat Indonesia yang belum terjangkau pendidikan merasakan bagaimana
pembelajaran. Disinilah peran penting Teknologi Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
Teknologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan domain atau wilayah teknologi pendidikan ?
4. Apa saja domain atau wilayah
teknologi pendidikan menurut para ahli ?
5. Bagaimana Makna dan Fungsi Kawasan
Teknologi Pendidikan ?
6. Apa saja teori-teori Pembelajaran dalam
Desain Teknologi Pembelajaran ?
7. Bagaimana tahapan Perkembangan Teknologi pendidikan ?
8. Bagaimana perkembangan
Teknologi Pendidikan sebagai disiplin keilmuan ?
9. Bagaimana penerapan Teknologi
Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran ?
10. Bagaimana Teknologi Pendidikan dalam Proses Belajar
Mengajar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian
Teknologi
2. Untuk mengetahui pengertian Teknologi Pendidikan
3. Untuk
mengetahui pengertian Domain atau wilayah teknologi pendidikan
4. Untuk mengetahui apa saja
domain atau wilayah teknologi pendidikan menurut para ahli
5. Untuk mengetahui Makna dan
Fungsi Kawasan Teknologi Pendidikan
6. Untuk mengetahui apa saja teori-teori Pembelajaran dalam Desain Teknologi
Pembelajaran
7. Untuk mengetahui perkembangan
Teknologi Pendidikan
8. Untuk
mengetahui perkembangan Teknologi Pendidikan sebagai disiplin keilmuan
9. Untuk mengetahui penerapan
Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran.
10. Untuk mengetahui peranan Teknologi Pendidikan dalam
Proses Belajar Mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi
Teknologi
berasal dari kata “textere” (bahasa Latin) yang artinya “to weave or construct”, menenun atau membangun. Dalam bahasa Yunani
teknologi berasal dari kata “Technologia” yang menurut Webster Dictionary
berarti systematetic treatment atau
penanganan sesuatu secara sistematis. Arti lain dari Teknologi diambil dari
kata Techne sebagai dasar yaitu art, skill dan science yang berarti keahlian,
keterampilan, dan ilmu.
Teknologi
dapat dijadikan alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Harjali
(2000:7) mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan
yang terorganisir secara sistematis untuk penyelesaian tugas-tugas secara
praktis. Praktik penggunaan teknologi akan meningkatkan nilai tambah terhadap
produk ilmu pengetahuan Teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai
alat elektronik atau mesin.
Menurut
Warsito (2008:12) teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak
benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk
mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan
mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.
Ia adalah istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat
sederhana, seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit,
seperti stasiun luar angkasa atau pemercepat partikel.
Alat
dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual, seperti perangkat
lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi ini. dan
Teknologi juga dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah
kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai
seni untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini.
Sebuah
contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan
bagi interaksi sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan
sub-sub kebudayaan baru; bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada
perkembangan Internet dan komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya
dalam cara yang kreatif; teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan
politik dan peperangan melalui alat seperti pistol. Sebagai suatu kegiatan
budaya, teknologi memangsa ilmu dan rekayasa, yang masing-masing memformalkan
beberapa aspek kerja keras teknologis.
B. Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi
pendidikan sebagai suatu bidang kajian ilmiah senantiansa berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang mendukung dan mempengaruhinya. Hakekat
teknologi pendidikan dapat dijelaskan melalui beberapa definisnya.
Teknologi
pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan
meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan
sumber teknologi yang memadai, istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan
dengan teori belajar dan pembelajaran.
Menurut
pendapat Cutchal (dalam Majid 2011: 2) definisi teknologi pendidikan atau
pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar
dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain,
pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk
membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah
pemanfaatan teknologi (soft-technology
maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan
kinerja manusia.
Sementara
menurut Comission on Instructional Technology, (dalam Nasution : 1982)
teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran
dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam
teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi
sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif.
Sedangkan
AECT (1972), berpendapat bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin
ilmu dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan
melalui pengelolaan proses kesemuanya itu.
Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu
disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada
manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah
bagaimana memfasilitasi belajar dengan cara melalui identifikasi, pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar.
Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses secara
sistematis pada seluruh sumber belajar.
Teknologi
Pendidikan dikenal sebagai cara-cara yang sistemik dan sistematik dalam
memecahkan masalah pembelajaran secara efektif dan efisien,berikut beberapa
pengertian menurut Suparman (2004) :
a.
Teknologi
Pendidikan menawarkan berbagai cara, bukan satu cara;
b.
Teknologi Pendidikan
menawarkan cara yang sistemik (bersistem) bukan parsial, tetapi menyeluruh dan
integratif dengan melibatkan semua komponen pembelajaran;
c.
Teknologi Pendidikan
menawarkan cara yang runtut atau sistematik, tidak acak-acakan;
d.
Teknologi Pendidikan
menawarkan cara yang terbukti efektif dan efisien, melalui uji coba dalam skala
terbatas sebelum digunakan dalam skala nasional;
e.
Cara-cara itu
terfokus pada rangkaian interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar
dalam skala luas, termasuk pengajar dan berbagai media sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya tercapai;
Definisi itu menjanjikan terjadinya solusi dalam
memecahkan masalah pembelajaran melalui lima konsep dasar tadi. Sehingga munculah
Teknologi Pendidikan ini sebagai sang revolusioner untuk mengubah taraf
pendidikan itu sendiri kearah yang lebih baik.
C.
Pengertian Domain
atau wilayah teknologi pendidikan
Menurut
Yusufhadi (2009 :23) domain berarti wilayah/ daerah kekuasaan atau bidang
kajian/ kegiatan/ garapan yang lebih kecil, terinci dan spesifik dari lahan/
lapangan/ cakupan suatu ilmu. Adapun Teknologi pendidikan sebagai teori dan
praktik secara faktual yang telah menjadi bagian integral dari upaya
pengembangan sumber daya manusia khususnya pada sistem pendidikan dan
pelatihan. Idealnya setiap teknologi pendidikan,pembelajaran terutama yang
memperoleh pendidikan akademik perlu menguasai beberapa kawasan teknologi
pendidikan.
Teknologi
pendidikan sebagai suatu proses komplex yang terintegrasi meliputi
manusia,prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang
menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai, dan
mengelola pemecahan masalah itu.
Teknologi
Pendidikan dapat pula dirumuskan sebagai suatu bidang yang memiliki unsur
sebagai berikut : suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar
manusia. Kegiatan itu dilaksanakan secara sistematis, mencakup identifikasi
pengembangan, pengorganisasian dan penggunaan segala macam sumber belajar.
D. Domain atau
wilayah teknologi pendidikan
1. Kawasan menurut Davies (1978)
Davies
merumuskan bahwa teknologi pendidikan sesuai dengan gejala pendidikan yang di
amati. Pembahasan davies juga dirangkum dari kumpulan tulisan klasik yang di sunting oleh Ely dan plomp (1996:19).
Davies merumuskan tiga pendekatan sehubungan dengan
bidang garapan atau kawasan teknologi pendidikan. Rumusan davies berikut
meliputi pendekatan perangkat keras (hardware), pendekatan perangkat lunak
(software), dan perpaduan pendekatan perangkat keras dan perangkat lunak.
Berikut uraiannya :
a.
Pendekatan perangkat
keras (hardware)
Pendekatan ini
mengusahakan kegiatan guru yaitu mengajar dengan memanfaatkan penggunaan
perangkat keras. Penggunaan perangkat keras di maksudkan agar terjadi
otomatisasi atau proses mekanistik dalam kegiatan belajar mengajar. Perangkat
keras digunakan untuk menyampaikan dan menyebarkan materi belajar memproduksi
materi dan seterusnya. Selain itu, adanya pemanfaatan perangkat keras, dalam
hal ini, menggunakan berbagai bentuk media massa seperti TV atau kaset audio,
ditargetkan untuk menampung siswa dalam jumlah yang lebih besar dari biasa,
dengan tidak mengurangi efisiensi proses belajar. Semua upaya harus tetap
mengacu pada efektifitas pembiayaan, terutama pembiayaan yang berasal dari
siswa.
b. Pendekatan Perangkat Lunak (Software)
Pada
tahap ini teknologi pendidikan “meminjam” teori dari ilmu prilaku yang
ditetapkan untuk mengatasi kesulitan belajar. Teori lain yang di tetapkan
adalah teori instruksional. Teori ini membahas cara-cara memperbaiki,
memperbaharui, atau merancang situasi yang betul-betul di butuhkan oleh siswa.
Penggunaan perangkat keras mesin-mesin, atau yang bersifat mekanistik sangat terbatas,
berfungsi hanya sebagai bagian dari penyajian materi oleh guru.
c. Pendekatan Perpaduan Perangkat Keras Dan Perangkat
Lunak
Pendekatan ini
menolak model terapan pengembangan sistematik sebagai satu-satunya penyelesaian
masalah secara sistematik. Pendekatan perpaduan menerapkan sistem analisis
dalam pendidikan dan kegiatan instruksional. Penerapan sistem analisis dianggap
mampu mengurangi bias terhadap individu siswa sehingga siswa dapat berperan
dalam kelompoknya dengan dinamis. Selain alasan tadi pendekatan perpaduan di
anggap lebih manusiawi serta integratif (terpadu) dengan kondisi belajar
mengajar sehari-hari.Kerangka pendekatan berada pada lingkup sistem (system boundary) dengan mencermati
seluruh faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM). Faktor tersebut
diantaranya siswa (motivasi belajar serta kemamapuan akademik), guru,
lingkungan sekolah, materi atau kurikulum serta tujuan belajar.
2.
Menurut Assosiation
for Educational Communication and Technology
Skema kawasan yang diuraikan oleh AECT (1977 dan 1994)
melekat satu sama lain Visualisasi kawasan dan bidang garapan menjadi satu,
namun mencerminkan keduanya. Perbedaanya terletak pada cara pandang konsep
kawasan terpisan dari konsep bidang garapan. Dengan demikian kawasan dibahas
seiring dengan penjabaran bidang garapan.
a.
Kawasan menurut AECT
1997
Teknologi pendidikan,
teknologi intruksional, sumber belajar, komponen bidang garapan : rancangan,
pengembangan, evaluasi, sumber belajar, peserta didik.
Salah satu cirri khas
dari bidang garapan yang di rumuskan Tim khusus AECT tahun 1977 adalah
penekanan model kawasan pada usaha mengabsahkan pekerjaan yang menonjolkan
“lahan” yang dapat di garap oleh para praktisi teknologi pendidikan.sebagaimana
biasanya, proses belajar menjadi factor utama dalam proses belajar dan
pendidikan. Seperti telah di sebutkan sebelumnya, teknologi pendidikan di
rumuskan sebagai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan teknologi
intruksional. Rumusan ini mengacu pada konsep bahwa proses intruksional menjadi
bagian proses pendidikan.
b. Kawasan menurut AECT 1994
1)
Kawasan Desain
Kawasan desain berasal dari
psikologi pendidikan. Desain dengan teknologi pembelajaran ibarat satu koin,
yang tidak dapat dipisahkan antara ekor dan kepala. Intinya, desain adalah
proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan
strategi dan produk. Kawasan desain terdiri atas :
a)
Desain sistem pembelajaran
Yaitu prosedur yang terorganisasi dan sistematis untuk penganalisisan,
perancangan, pengembangan, pelaksanaan atau aplikasi dan penilaian.
Kata Desain mempunyai
dua makna yaitu tingkat makro dan tingkat mikro yang keduanya
menunjukkan pendekatan sistem dan langkah pada pendekatan sistem. Desain sistem
pembelajaran secara umum merupakan prosedur linier dan berulang-ulang
dimana permintaan seksama dan konsisten. Karakter proses pada semua langkah
harus di lengkapi dalam hal untuk melayani sebagai pemeriksaaan dan
keseimbangan satu sama lain. Pada desain sistem pembelajaran proses
sangat penting sama seperti produk karena kepercayaan produk berlandasakan pada
proses.
b) Desain Pesan
Yaitu perencanaan
untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara
pengirim dan penerima pesan,dengan memerhatikan prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, dan daya tangkap.
c) Strategi pembelajaran
Yaitu spesifikasi
untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran
dalam suatu mata pelajaran.
d) Karakteristik peserta didik
Yaitu aspek latar
belakang pengalaman peserta didik yang memengaruhi terhadap efektifitas proses
belajarnya, mencakup keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik.
2) Kawasan Pengembangan
Proses penerjemahan
spesifikasi desain kedalam bentuk fisik. Mencakup banyak variasi teknologi. Kawasan
pengembangan meliputi :
a) Teknologi cetak
Cara untuk
memproduksi atau menyampaikan bahan seperti buku-buku dan bahan visual yang
statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografi.
b) Teknologi audiovisual
Teknologi audiovisual
merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan
mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan audio dan visual. Teknologi AV
dinilai lebih aktif karena sifatnya memerlukan indra pendengaran dan
penglihatan peserta didik.
c) Teknologi berbasis komputer
Tekonologi berbasis
komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan perangkat yang bersumber mikroprosesor.
d) Teknologi terpadu
Merupakan cara untuk
memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan oleh komputer.
3) Kawasan Pemanfaatan
Aktifitas kawasan ini menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Meliputi pemanfaatan media, difusi, inovasi, implementasi, dan
institusionalisasi, kebijakan dan regulisasi. Kawasan pemanfaatan mencangkup :
a) Pemanfaatan media
Dengan batasan penggunaan
yang sistematis dari sumber untuk belajar.
b) Difusi inovasi
Proses berkomunikasi
melalui strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya. Adapun
pelembagaan salah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi
pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
c) Kebijakan dan regulasi
Sebagai aturan dan
tindakan nyata dari pengguna atau dari pembuat keputusan untuk menerima
inovasi(dalam teknologi pembelajaran).
4)
Kawasan Pengelolaan
Meliputi pengelolaan
Teknologi Pendidikan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian,dan
supervisi. Pengelolaan adalah bagian integral dan sering di hadapi oleh para
teknolog pembelajaran. Pengelolaan meliputi: (1) pengelolaan proyek,yaitu
mempin pekerjaan yang harus selesai dalam kurun waktu tertentu. Sebagai
contoh, proyek pengembangan suatu produk pembelajaran tertentu; (2) pengelolaan
sumber, yaitu mengatur bagaimana memanfaatkan dengan optimal sumber yang ada;
(3) pengelolaan sumber penyampaian, agar suatu medium sampai, atau dapat
dijangkau oleh pengguna sekaligus menyediakan perangkat keras dan perangkat
lunak, termasuk cara menggunakanya; dan (4) pengelolaan informasi, yaitu
bagaimana informasi dapat diterima, dan dapat menghasilkan perubahan atas
kurikulum dan desain pembelajaran.
5) Kawasan Penilaian
Proses penentuan
memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Penilaian adalah kegiatan untuk
mengkaji serta memperbaiki suatu produk atau program. Kawasan penilaian
beranjak dari (1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan patokan (criteria-refenced
test); (3) evaluasi formatif yang bermanfaat untuk pengembangan program dan
produk pembelajaran; serta (4) evaluasi sumatif.
6) Kawasan
Perlengkapan
Kawasan ini mungkin merupakan hal yang paling pelik dan
berliku-liku dibandingkan domain lain dalam Teknologi Pembelajaran. Dalam
domain inilah digeluti segala hal tentang pendaya gunaan media
instruksional yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran, termasuk urusan
pelembagaan serta kebijakan dan peraturan yang dapat mendukung atau sebaliknya
menghambat. Domain perlengkapan merupakan bagian usaha mendayagunakan
proses dan sumber belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
7) Kawasan Evaluasi
Evaluasi merupakan
proses menentukan kesesuaian antara materi pelajaran dan proses belajar.
Evaluasi dimulai dengan analisis problem yang merupakan langkah awal penting
dalam pengembangan dan evaluasi isi pelajaran karena tujuan dan kendalanya
diklarifikasi selama langkah ini dilaksanakan.
E. Makna dan Fungsi Kawasan Teknologi Pendidikan
1.
Makna Kawasan Teknologi
Pendidikan
Menurut Plomp (1996:14) domain atau kawasan berarti
wilayah daerah kekuasaan atau bidang kajian, kegiatan, garapan yang lebih
kecil, terperinci dan spesifik dari lahan lapangan cakupan suatu ilmu. Adapun
Teknologi pendidikan sebagai teori dan praktik secara faktual yang telah menjadi
bagian integral dari upaya pengembangan sumber daya manusia khususnya pada
sistem pendidikan dan pelatihan. Idealnya setiap teknologi pendidikan,
pembelajaran terutama yang memperoleh pendidikan akademik perlu menguasai
beberapa kawasan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan sebagai suatu
proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, prosedur, ide, peralatan
dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar,
serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah itu.
2.
Fungsi Kawasan
Teknologi Pendidikan
Mengetengahkan sifat taksonomi dari struktur kawasan.
Tujuan utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk mempermudah komunikasi.
(Plomp 1996:15). Pesatnya perubahan dan penyesuaian teknologi menuntut
terjadinya alih pengetahuan dari teknologi yang satu kepada yang lain. Tanpa
“kemungkinan dapat ditransfer” ini landasan penelitian harus diciptakan kembali
untuk setiap teknologi yang baru. Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi,
kaum akademisi dan para praktisi dapat memecahkan permasalahan
penelitian, dan para praktisi bersama dengan para teoritisi dapat
mengidentifikasi kelemahan teori dalam menunjang dan meramalkan aplikasi
Teknologi Pembelajaran.
F.
Teori-teori
Pembelajaran dalam Desain Teknologi Pembelajaran
Menurut
Warsito (2008:34) lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat
meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi
dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk
meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar
yang berpusat pada pelajar (student
oriented).
Dengan
kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat
membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang
media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam
belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi
pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi
proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu,
mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi
belajar kontekstual. Terdapat beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan
teknologi/komputer dalam pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme
dan konstruktivisme (dalam Warsito (2008 : 36)).
1.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang fikiran sebagai “kotak hitam”
dalam merespon rangsangan yang dapat diobsevasi secara kuantitatif, sepenuhnya
mengabaikan proses berfikir yang terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang
tingkah laku yang dapat diobservasi dan diukur sebagai indikator belajar.
Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome
belajar sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan
apakah dirinya telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.
Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome pembelajaran atau
tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat pencapaian pembelajar dan untuk
memberi umpan balik yang tepat.
b. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk
meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan
sampai penerapan.
c. Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka
dapat mengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
2.
Teori Kognitivisme
Dalam teori ini mereka lebih menyukai metode belajar
aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya
belajar yang berbeda, sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat
berdasarkan kecenderungan gaya berlajarnya.
b. Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus
diberikan kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan
gaya belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai contoh,
assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara akomodator
lebih suka kehadiran instruktur yang rendah.
c. Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda
untuk mengakomodasi perbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi transfer
ke long-term memory.
d. Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpa
memperdulikan sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak dimotivasi
mereka tidak akan belajar.
e. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan untuk
merefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pembelajar lain, dan
mengecek kemajuan mereka.
f. Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar
menerima dan memproses informasi untuk ditransfer ke long term memory untuk
disimpan.
3. Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi
belajar, yang memandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar
yang memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan
dalam mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan
dalam banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar
multi-kontekstual harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat
menerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari
pembelajaran satu-cara ke konstruksi danpenemuan pengetahuan. Implementasi pada
online learning adalah sebagai
berikut:
a. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga
pembelajar tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat
tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal;
b. Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan
hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan
difasilitasi oleh pembelajaran interaktif yang bagus, karena siswa harus
mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan pembelajar lain dan dengan
instruktur, dan karena agenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri;
c. Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar
pengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka
menggunakan keterampilan metakognitif mereka;
d. Pembelajar harus diberi kontrol proses belajar;
e. Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk
refleksi. Pada saat belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi
informasi;
f. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi
belajar harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar
sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan;
g. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar
tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan
makna personal. Pembelajar menerima materi pelajaran melalui teknologi,
memproses informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi
informasi tersebut.
G.
Perkembangan
Teknologi Pendidikan
Perkembangan
Teknologi Pendidikan telah berlangsung dari waktu yang lama sekali, banyak
pendapat dan kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan Teknologi
Pendidikan, terutama yang berkaitan dengan perkembangan manusia.
Menurut
Syaodih (1997: 67) sebenarnya teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan
batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan
teknologi, yaitu teknologi sederhana. Sebagai salah satu disiplin ilmu,
teknologi pendidikan juga berorientasikan kepada perubahan (perkembangan) cara
hidup dan kebutuhan manusia. Inilah yang menyempurnakan teknologi pendidikan
setaraf dengan disiplin ilmu lainnya, yaitu dengan adanya prinsip relevansi
terhadap perkembangan dan perubahan.
Teknologi
Pendidikan telah mengalami perubahan sejak disiplin ilmu ini lahir. Perubahan
ini secara general ditandai dengan berubahnya konsep teknologi pendidikan
sebanyak dua kali dari sejak tahun 1977 (definisi AECT). Konsep tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut:
(AECT,
1977) “Teknologi Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola
pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia”.
(AECT, 1994) “Teknologi pembelajaran
adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,
dan evaluasi terhadap proses dan sumber belajar”.
(AECT, 2004/2008) “Teknologi pendidikan
adalah teori dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi atau memudahkan belajar dan
meningkatkan hasil dengan cara membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan
sumber teknologi yang tepat)
Dari
paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan perubahan konsep teknologi
pendidikan telah terjadinya perubahan paradigma dalam batang tubuh teknologi
pendidikan. Paradigma tersebut merupakan cara pandang teknologi pendidikan
terhadap perkembangan manusia.
H.
Perkembangan Teknologi
Pendidikan sebagai disiplin keilmuan
Teknologi
pendidikan sebagai disiplin ilmu, pada awalnya berkembang sebagai bidang kajian
di Amerika Serikat. Mengacu pada konsep teknologi sebagai cara, maka awal
perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal
peradaban.
Menurut
Suparman (2004: 56) teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu terapan,
artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan
untuk belajar. Belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas,
lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada usaha dan produk yang sengaja dibuat
dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi
pendidikan sangat pesat akhir-akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan
yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan
“bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah
belajar”.
Teknologi
pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan dan
mengevaluasi seluruh kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pendidikan yang lebih baik. Kemajuan atau perkembangan teknologi pendidikan
sekarang ini tidak terjadi begitu saja.
Teknologi
pendidikan mewadahi semua disiplin ilmu yang akan diselenggarakan dalam rangka
pendidikan dan pembelajaran. Dalam kata lain, semua kegiatan pendidikan dan
pembelajaran dapat mengintegrasikan teknologi pendidikan didalam proses
penyampaiannya. Karena itu teknologi pendidikan memiliki fleksibilitas yang
tinggi dalam pengembangan keilmuannya.
Bersamaan
dengan perubahan konsep teknologi pendidikan berdasarkan AECT, telah terjadinya
perubahan paradigma dalam batang tubuh teknologi pendidikan. Paradigma tersebut
merupakan cara pandang teknologi pendidikan terhadap perkembangan manusia.
Perubahan paradigma tersebut digambarkan pada gamabar berikut ini:
Pada
awal lahirnya teknologi pendidikan, disiplin ilmu ini hanya menitikberatkan
pada pemanfaatan alat-alat (teknologi dalam hal mesin) untuk kegiatan belajar
mengajar, contohnya seperti radio dan televisi. Seiring kebutuhan manusia yang
semakin kompleks, teknologi pendidikan tidak hanya sebagai pemanfaatan alat
(mesin) untuk belajar, pendekatan sistem mulai masuk dalam disiplin ilmu ini.
Pendekatan sistem inilah yang memberikan pengaruh amat besar bagi perkembangan
keilmuan teknologi pendidikan.
Dengan
pendekatan sistem ini, teknologi pendidikan menjadi disiplin ilmu untuk
pengembangan desain sistem pembelajaran, tentunya didukung juga dengan disiplin
ilmu lainnya (psikologi, filsafat, komunikasi, dll). Dan pada paradigma
terakhir (abad 21), teknologi pendidikan menjadi disiplin ilmu tentang
merancang aktifitas dan lingkungan belajar.
Kompetensi
lulusan teknologi pendidikan sudah seharusnya diarahkan pada paradigma yang
terakhir ini dan trend masa kini, yaitu paradigma merancang aktifitas dan
lingkungan belajar juga trend “The Digital Era”. Kompetensi lulusan
teknologi pendidikan jangan sampai diarahkan pada tataran sumber daya “teknisi”
saja, tetapi juga akan lebih sempurna jika diarahkan pada tataran sumber daya
seorang “teknolog”. Kompetensi seorang “teknolog” akan menyirikan bahwa
kompetensi lulusan ini berdaya saing global, hingga mampu berkompetisi dengan
bidang lainnya yang sejalur.
Dengan
paradigma dan trend seperti ini, sudah sepantasnya sumber daya teknologi
pendidikan menjadi prioritas dalam pengembangan pembelajaran di lembaga atau
instansi manapun yang mengadakan kegiatan pembelajaran dan para sumber daya
teknologi pendidikan akan memiliki potensi berkarya yang tidak terbatas, baik pada
institusi formal (lembaga pendidikan) maupun di lembaga lainnya.
Tentunya
pemerintah dan pihak-pihak yang lain sudah waktunya melirik teknologi
pendidikan sebagai faktor yang potensial, dimana ketika ingin memperbaiki
kualitas manusia melalui pembelajaran, maka teknologi pendidikan merupakan
solusi paling tepat.
Sejak
manusia mengenal sistem pendidikan, teknologi pendidikan telah menjadi fondasi
bagi jalannya sistem pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad
sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti yang yang ada dalam
madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, seperti di Madrasah Nizamiyah di
Bagdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan.
Pada
masa Aristoteles misalnya, melalui Lyceum-nya atau akademia, teknologi
pendidikan meski dalam bentuk yang sederhana telah mulai menjadi bagain
integral dari sistem pembelajaran yang ada. Kemudian, era Scolatic di Barat
yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan dan biarawatinya juga tidak
lepas dengan teknologi pendidikannya.
Sedangkan
di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasi metode pengajaran nampak dengan
adanya pembagaian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran
empat madzab fikih, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan di dukung
misalnya perpustakaan yang memadai, laboratorium kimia maupun laboratorium
langit, serta asrama bagi para siswanya. Semua elemen itu tersususun sebagai
sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
Teknologi
pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia
modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin
kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan
sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan
manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatible dengan zamannya.
Teknologi
pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara
memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota
masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi
manusia yang juga dapat menyesuaiakan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian
secara khususpun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya
teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah
misalnya. Kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan
memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak
dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan
khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka
selain dari apa yang disampaikan gurunya.
Kalau
di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media
teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat
memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan
memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih
lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang
ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di
sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah
software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media
pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
Kita
dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sample pola
hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam
teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang
cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena
gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, gambar dapat
mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah
didapatkan. Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar
hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak
efektif ketika digunakan dalam dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat
terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ,
dan tentu mekanisme software
teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang
digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan.
Dengan
menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software
dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar
yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang
menceritakan apa adanya satu peristiwa. Kemudian juga, gambar itu harus
sederhana, apalagi siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa
SD atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas
menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Mungkin itu yang menggambarkan
nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.
J.
Teknologi Pendidikan
dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Yusufhadi (2009) pada umumnya teknologi
pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk:
1.
Meningkatkan
produktifitas pendidikan;
2.
Memberikan
kemungkinan pendidikan yang lebih individual;
3.
Memberikan dasar yang
lebih ilmiah terhadap pengajaran;
4.
Lebih memantapkan
pengajaran;
5.
Menungkinkan belajar
secara seketika (immediacy of learning);
6.
Memungkinkan
penyajian pendidikan lebih luas, terutama adanya media masa.
Sedangkan
secara umum teknologi pendidikan mempunyai kegunaan-keguanaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbalistis;
2. Mengatasi ketebatasan ruang, waktu, dan daya indera;
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik;
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulatan
bilamana semuanya itu haru diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi
dengan teknologi pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama;
b. Mempersamakan pengalaman;
c. Menimbulkan persepsi yang sama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
awal lahirnya teknologi pendidikan, disiplin ilmu ini hanya
menitik beratkan pada pemanfaatan alat-alat (teknologi dalam hal mesin)
untuk kegiatan belajar mengajar, contohnya seperti radio dan televisi. Seiring
kebutuhan manusia yang semakin kompleks, teknologi pendidikan tidak hanya
sebagai pemanfaatan alat (mesin) untuk belajar, pendekatan sistem mulai masuk
dalam disiplin ilmu ini. Pendekatan sistem inilah yang memberikan pengaruh amat
besar bagi perkembangan keilmuan teknologi pendidikan.
Dengan
pendekatan sistem ini, teknologi pendidikan menjadi disiplin ilmu untuk
pengembangan desain sistem pembelajaran, tentunya didukung juga dengan disiplin
ilmu lainnya (psikologi, filsafat, komunikasi, dll). Dan pada paradigma
terakhir (abad 21), teknologi pendidikan menjadi disiplin ilmu tentang
merancang aktifitas dan lingkungan belajar.
B.
Saran
Dengan
adanya teknologi pendidikan, pendidik dapat terus berinovasi dengan penggunaan
inovasi teknologi sebagai media yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk meningkatkan produktivitas pendidikan dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Assosiation for Educational Communication and
Technology (AECT). 1994. Definisi
Technologi Pendidikan Terjemahan. Jakarta: CV Rajawali.
Commission on Instructional Technology. 1970. Instructional Technology: The
definition and
domains of the field. Bloomington.
IN : Association for Educational Communications and Technology
Harjali. 2000. Teknologi
Pendidikan. Yogyakarta : PT.Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1982. Teknologi
Pendidikan. Bandung : Temmars.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Plomp. T. Elly, DP. 1996. International Encycloedia of Educational
Technology.
Second Ed.
Cambridge. Pergamon.
Suparman, Atwi. 2004. Khasanah Inovasi dan Implikasi Inovasi terhadap
Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka.
Syaodih, Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran dan Landasan Aplikasinya.
Jakarta: Rieneka
Cipta.
Yusufhadi, Miarso. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta:
Kencana Prenada Media
Group.