Tuesday 6 November 2018

makalah gerakan literasi di sekolah dasar


GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH DASAR

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Pengertian Literasi sekolah
Literasi sekolah dalam konteks gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar (SD) merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. GLS di SD merupakan suatu upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai komunitas pembelajaran literasi.
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.
Gerakan literasi sekolah  merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Literasi Pada dasarnya literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi tidak hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. Ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (Unesco, 2003). Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi,menentukan,menemukan,mengevaluasi,menciptakan secara efektif dan terorganisasi,menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.
Kemampuan- kemampuan itu harus dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk b erpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Maka, secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan cara peserta didik mengakses,memahami,dan menggunakan informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
4. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
5. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak- tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
6. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
1.2    Kriteria atau ciri-ciri Literasi Sekolah
1.    menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
2.    semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3.    menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4.    memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada lingkungan sosialnya;
5.    mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal (Kemdikbud, 2016).
1.3         Tujuan Literasi sekolah
Tujuan umum Gerakan Literasi adalah  Menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Tujuan khusus GLS di SD, antara lain:
1. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2. Meningkatkan kapasitas literasi warga dan lingkungan sekolah.
3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sintaks dalam literasi sekolah
Sahabat Dunia Pendidikan yang berbahagia, Progr4m Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS dilaksanakan dengan tahap-tahap berikut ini :

GLS di SD dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Penjelasan lebih terperinci disajikan, sebagai berikut:
1. Tahap pembiasaan

Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca.
Prinsip-prinsip kegiatan membaca pada tahap pembiasaan, diantaranya:
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks pelajaran.
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
c. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak diikuti oleh tugas tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.
d. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu memungkinkan.
e. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan.

Adapun kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada tahap pembiasaan, antara lain:
a. Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading).
b. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit membaca.
c. Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, seperti perpustakaan, sudut buku kelas, area baca, kebun sekolah, kantin, unik kesehatan sekolah (UKS), dan lain-lain. Sarana dan prasarana ini dapat diperkaya dengan bahan kaya teks.
d. Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut baca kelas.
e. Memilih buku yang sesuai dengan minat peserta didik.

2. Tahap pengembangan

Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik.
Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pengembangan, diantaranya:
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran.
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
c. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-tugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik.
d. Penilaian tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifat non-akademik dan berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan dan komentar pendidik terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi.
e. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang menyenangkan.

Terdapat beberapa alternatif cara membaca pada tahap pengembangan, sebagai berikut:
a. Membacakan nyaring interaktif (interactive read aloud)
Cara ini dilakukan dengan guru membacakan buku/bahan bacaan dan mengajak peserta didik untuk menyimak dan menanggapi bacaan dengan aktif. Proses membacakan buku ini bersifat interaktif karena guru memperagakan bagaimana berpikir menanggapi bacaan dan menyuarakannya serta mengajak peserta didik untuk melakukan hal yang sama. Fokus kegiatan membaca nyaring alternatif untuk memahami kosakata baru.
b. Membaca terpandu (guided reading)
Cara ini dilakukan dengan guru memandu peserta didik dalam kelompok kecil (4-6 siswa) dalam kegiatan membaca untuk meningkatkan pemahaman. Fasilitas pendukung yang perlu tersedia, berupa buku untuk dibaca, alat tulis, kertas besar (flip chart), perekat, dan papan untuk menempelkan kertas.
c. Membaca bersama (shared reading)
Cara ini dilakukan dengan guru mendemonstrasikan cara membaca kepada seluruh peserta didik di kelas atau kepada satu per satu peserta didik. Guru dapat membaca bersama-sama peserta didik, lalu meminta peserta didik untuk bergiliran membaca. Metode ini bertujuan memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk membaca dengan nyaring dan meningkatkan kefasihan membaca. Fasilitas pendukung yang perlu tersedia, berupa buku besar (big book, apabila dibacakan kepada banyak peserta didik), buku bacaan, kertas besar (flip chart), dan alat tulis.
d. Membaca mandiri (independent reading)
Kegiatan membaca mandiri dilakukan dengan peserta didik memilih bacaan yang disukainya dan membacanya secara mandiri. Kegiatan membaca mandiri ini bisa diikuti oleh kegiatan tindak lanjut seperti membuat peta cerita atau kegiatan lain untuk menanggapi cerita.

Pada tahap pengembangan ini juga dibentuk Tim Literasi Sekolah (TLS)  yang bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dan terdiri dari: anggota komite sekolah, orang tua/wali murid, pustakawan dan tenaga kependidikan, guru  kelas, dan relawan literasi atau elemen masyarakat lain yang membantu pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah. Adapun peran TLS, diantaranya:
a. Memastikan keberlangsungan kegiatan 15 menit membaca setiap hari.
b. Memastikan ketersediaan koleksi buku pengayaan di perpustakaan dan sudut-sudut baca di sekolah.
c. Mengawasi pengelolaan perpustakaan sekolah dan sudut-sudut baca di sekolah.
d. Memastikan keterlaksanaan kegiatan di perpustakaan sekolah minimal 1 jam dalam seminggu.
e. Mengkoordinir pelaksanaan festival literasi, minggu buku, atau perayaan hari-hari besar lain yang berbasis literasi.
f. Mengkoordinir upaya pengembangan kegiatan literasi melalui penggalangan dana kepada pelaku bisnis atau penyandang dana lain di luar lingkungan sekolah.
g. Mengkoordinir upaya promosi kegiatan literasi sekolah kepada orang tua/wali murid, misalnya melakukan pelatihan membacakan buku dengan nyaring dan promosi kegiatan membaca di rumah.
h. Mempublikasikan kegiatan literasi di sekolah, di media cetak, audiovisual, dan daring agar memperoleh dukungan lebih luas dari masyarakat.
i. Membangung jaringan dengan pemangku kepentingan terkait literasi, TLS di sekolah lain, dan pegiat literasi untuk bekerjasama mengupayakan GLS yang berkelanjutan.

3. Tahap pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan untuk mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecapakan literasi peserta didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran berfokus pada peningkatan kemampuan berbahasa repesif (membaca dan menyimak) dan aktif (menulis dan berbicara) yang disajikan secara rinci dalam konteks dua kegiatan utama, yakni membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area bahasa (membaca, menyimak, menulis, dan berbicara) dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap pembelajaran, antara lain:
a. Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelasa (PTK).
b. Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
c. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran.
d. Guru menerapkan berbagai strategi membaca untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.

Adapun prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pengembangan, diantaranya:
a. Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi peserta didik dan tujuan kegiatan membaca.
b. Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang untuk kegiatan membaca nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama.
c. Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan non-fiksi untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan buku teks pelajaran.
d. Pengajaran berfokus pada proses. Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman.
e. Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik.
f. Melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik.
Akhirnya, GLS di SD ada untuk mengembangkan pelaksanaan kegiatan literasi sekolah di SD yang efektif dan berkelanjutan. Penumbuhan budaya literasi pada diri peserta didik bukan hanya tugas sekolah, namun juga merupakan tanggung jawab keluarga, pelaku bisnis dan media, pemangku kebijakan, dan elemen masyarakat lain.
2.2  Contoh penerapan Literasi Sekolah  
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.
1. Kecakapan Literasi di SD
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif (berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area berbahasa tersebut (membaca, menyimak,berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan. Jenjangkemampuan membaca dan menulis dibagi dalam tiga tingkatan: awal, pemula,dan madya, yang merentang dari SD kelas rendah ke kelas tinggi.
a. Jenjang Kemampuan Membaca di SD
Jenjang Kelompok Kemampuan Kemampu
b. Jenjang Kemampuan Menulis di SD
Seperti halnya kemampuan membaca, kemampuan menulis dapat bervariasidi jenjang SD. Pemeringkatan kemampuan menulis adalah sebagai berikut


2.  Fokus Kegiatan pada Tahap Pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1) Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas.
2) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
3) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran.
4) Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pembelajaran
a. Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi (jenjang kemampuan membaca dan menulis) peserta didik dan tujuan kegiatan membaca.
b. Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama.
c. Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan non-fiksi untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan buku teks pelajaran.
d. Pengajaran berfokus pada proses, dan bukan pada hasil. Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman.
e. Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik.
f. Guru melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik. Guru dapat mencontohkan cara memahami bacaan dan cara mengeksplorasi gagasan untuk menulis. Dengan memperagakan cara membaca dan berpikir untuk memahami bacaan, pendidik dapat:
1) menunjukkan cara menerapkan strategi memahami bacaan;
2) menunjukkan kepada peserta didik bahwa memahami bacaan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap orang; dan
3) memberikan motivasi untuk membaca untuk memperoleh pengetahuan. Pendampingan terhadap peserta didik dalam kegiatan literasi dapat dilakukan dalam bentuk:
1) meminta peserta didik untuk berbagi draf karya dan mendiskusikan dengan teman satu kelompok;
2) melakukan kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, dan membaca bersama peserta didik untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap bacaan;
3) memberikan masukan terhadap draf karya peserta didik dengan merujuk kepada rubrik jenjang kemampuan menulis; dan
4) membantu peserta didik untuk mengeksplorasi gagasan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait bacaan. Usahakan untuk memberikan komentar dan masukan yang memotivasi dan detil pada karya peserta didik. Sebutkan elemen dari karya yang telah dicapai, lalu tambahkan beberapa saran untuk meningkatkan kualitas karya.
g. Peserta didik dapat mengerjakan tugas secara individual atau berkelompok.
h. Setiap orang/kelompok peserta didik dapat mengerjakan tugas yang berbeda sesuai dengan jenjang kemampuan literasinya.
i. Guru memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan latar peserta didik untuk memperdalam pemahamannya terhadap bacaan.

4. Langkah-langkah Kegiatan di Tahap Pembelajaran
1 Berbagai cara membaca
2 Memilih buku pengayaan untuk pembelajaran
3 Menggunakan buku pengayaan untuk kegiatan menulis kreatif (SD kelas tinggi)
4 Contoh-contoh lembar catatan siswa dalam menanggapi bacaan (buku pengayaan/buku teks pelajaran)
5  Contoh-contoh kegiatan berkarya dengan teks (literacraft)
6  Berdiskusi dengan teman (think-pair-share)


BAB III
PENUTUP
3.1    KESIMPULAN
Dunia pendidikan dengan literasi tidak akan pernah bisa di pisahkan . Untuk sekarang mari kita bersama-sama utuk mengajak kembali kepada semua pihak khusunya para-para murid kita untuk membuadayakan kembali tentang literasi .
Membiasakan kembali tentang bagaiman serunya mebaca, belajar menulis dan lain-lainnya. Anak-anak dibiasakan untuk bisa sejak dini atau awal untuk mengenal tetang literasi. Pembiasaan ini sangat mendukung dan guru ataupun sebagai pendidik untuk memberikan pengajar atau setdaknya di mulai dari ibu guru nya sendiri.
Budaya literasi ini sudah ada perhatian khusus dari pemerintah , jadi sudah tidak ada alasan untuk tidak mengenal literasi lagi.
Semoga dengan adanya karya ini bisa memberika informasi da semngat  baru untuk kita semua , terutama di bidang membaca.
3.2   SARAN
Sehubungan dengan bahasan makalah ini, saya mengharapkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana tentang tanaman hijau.Marilah semua calon pendidik untuk masa yang akan dating, kita bersama-sama belajar mengenai proses pembuatan makanan pada tumbuhan hijau ini.


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah kementrian pendidikan dan kebudayaan   tahun 2016. 2016 . Panduan , Gerakan Literasi di Sekolah Dasar. Jakarta .

Kementrian pendidikan dan kebudayaan 2013,2013. Kurikulum 2013 kompotensi dasar sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah

 https://gurusd.web.id/contoh-program-literasi-sekolah diakses pada tanggal 5 desember 2017 pukul 10.00

1 comment:

  1. izin saya untuk ambilmaterinya ya dan tetap saya cantumkan sumbernnya kok

    ReplyDelete