GERAKAN LITERASI DI
SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Literasi sekolah
Literasi sekolah dalam konteks
gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar (SD) merupakan kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. GLS di
SD merupakan suatu upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan
sekolah sebagai komunitas pembelajaran literasi.
Pengertian
Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.
Gerakan
literasi sekolah merupakan sebuah upaya
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Literasi Pada dasarnya literasi
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun,
Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi tidak hanya
berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. Ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi
dalam masyarakat.
Literasi juga bermakna praktik dan
hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (Unesco,
2003). Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco itu juga menyebutkan bahwa
literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi,menentukan,menemukan,mengevaluasi,menciptakan secara efektif dan
terorganisasi,menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi
berbagai persoalan.
Kemampuan- kemampuan itu harus
dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk b erpartisipasi dalam masyarakat
informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran
sepanjang hayat. Maka, secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan cara peserta didik mengakses,memahami,dan
menggunakan informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai
permasalahan hidupnya.
Gerakan
Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali
murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan
pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan
Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai
elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca
peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru
membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan
konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya
akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan
berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan
pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam
pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar
dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus
dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga
sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki,
melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam
kehidupan.
Literasi
lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Clay
(2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa
komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar,
literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan
berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Literasi Dini [Early Literacy
(Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan
berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik
dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi
dasar.
2. Literasi Dasar (Basic Literacy),
yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung
(counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan
(calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan
kesimpulan pribadi.
3. Literasi Perpustakaan (Library
Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan
nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal
System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
4. Literasi Media (Media Literacy),
yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti
media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital
(media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
5. Literasi Teknologi (Technology
Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi
seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan
etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami
teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak-
tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di
dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola
data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya
informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang
baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
6. Literasi Visual (Visual
Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi
teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat.
Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak,
auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu
dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan
yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
1.2 Kriteria
atau ciri-ciri Literasi Sekolah
1. menyenangkan dan ramah anak sehingga
menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
2. semua warganya menunjukkan empati,
peduli, dan menghargai sesama;
3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan
cinta pengetahuan;
4. memampukan warganya cakap
berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada lingkungan sosialnya;
5. mengakomodasi partisipasi seluruh
warga dan lingkungan eksternal (Kemdikbud, 2016).
1.3
Tujuan Literasi sekolah
Tujuan umum Gerakan Literasi
adalah Menumbuh kembangkan budi pekerti
peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan
dalam gerakan literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan khusus GLS di SD, antara
lain:
1. Menumbuhkembangkan budaya
literasi di sekolah.
2. Meningkatkan kapasitas literasi
warga dan lingkungan sekolah.
3. Menjadikan sekolah sebagai taman
belajar yang menyenangkan agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4. Menjaga keberlanjutan
pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai
strategi membaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sintaks dalam literasi sekolah
Sahabat Dunia Pendidikan yang berbahagia, Progr4m Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi),
kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi
publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan
keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS dilaksanakan dengan tahap-tahap
berikut ini :
GLS di SD dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni tahap
pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Penjelasan lebih terperinci
disajikan, sebagai berikut:
1. Tahap pembiasaan
Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap
ini bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca.
Prinsip-prinsip kegiatan membaca pada tahap pembiasaan,
diantaranya:
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku
teks pelajaran.
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh
peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari
rumah.
c.
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak diikuti oleh
tugas tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.
d. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
dapat diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau
kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu
memungkinkan.
e. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan.
Adapun kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi
pada tahap pembiasaan, antara lain:
a. Membaca buku cerita/pengayaan
selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan membaca yang dapat
dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading).
b. Memperkaya koleksi bacaan untuk
mendukung kegiatan 15 menit membaca.
c. Memfungsikan lingkungan fisik
sekolah melalui pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, seperti perpustakaan,
sudut buku kelas, area baca, kebun sekolah, kantin, unik kesehatan sekolah
(UKS), dan lain-lain. Sarana dan prasarana ini dapat diperkaya dengan bahan
kaya teks.
d. Melibatkan komunitas di luar
sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta
pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut baca kelas.
e. Memilih buku yang sesuai dengan
minat peserta didik.
2.
Tahap pengembangan
Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk
mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta
meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik.
Prinsip-prinsip
kegiatan pada tahap pengembangan, diantaranya:
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks
pelajaran.
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh
peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari
rumah.
c. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat
diikuti oleh tugas-tugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk
menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik.
d.
Penilaian tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifat non-akademik dan
berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan dan komentar pendidik
terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi.
e. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam
suasana yang menyenangkan.
Terdapat beberapa alternatif cara membaca pada tahap
pengembangan, sebagai berikut:
a. Membacakan nyaring interaktif (interactive read aloud)
Cara ini dilakukan dengan guru membacakan buku/bahan bacaan
dan mengajak peserta didik untuk menyimak dan menanggapi bacaan dengan aktif.
Proses membacakan buku ini bersifat interaktif karena guru memperagakan
bagaimana berpikir menanggapi bacaan dan menyuarakannya serta mengajak peserta
didik untuk melakukan hal yang sama. Fokus kegiatan membaca nyaring alternatif
untuk memahami kosakata baru.
b. Membaca terpandu (guided
reading)
Cara ini dilakukan dengan guru memandu peserta didik dalam
kelompok kecil (4-6 siswa) dalam kegiatan membaca untuk meningkatkan pemahaman.
Fasilitas pendukung yang perlu tersedia, berupa buku untuk dibaca, alat tulis,
kertas besar (flip chart), perekat,
dan papan untuk menempelkan kertas.
c. Membaca bersama (shared
reading)
Cara ini dilakukan dengan guru mendemonstrasikan cara
membaca kepada seluruh peserta didik di kelas atau kepada satu per satu peserta
didik. Guru dapat membaca bersama-sama peserta didik, lalu meminta peserta
didik untuk bergiliran membaca. Metode ini bertujuan memberikan pengalaman
kepada peserta didik untuk membaca dengan nyaring dan meningkatkan kefasihan
membaca. Fasilitas pendukung yang perlu tersedia, berupa buku besar (big book, apabila dibacakan kepada
banyak peserta didik), buku bacaan, kertas besar (flip chart), dan alat tulis.
d. Membaca mandiri (independent
reading)
Kegiatan membaca mandiri dilakukan dengan peserta didik
memilih bacaan yang disukainya dan membacanya secara mandiri. Kegiatan membaca
mandiri ini bisa diikuti oleh kegiatan tindak lanjut seperti membuat peta
cerita atau kegiatan lain untuk menanggapi cerita.
Pada tahap pengembangan ini juga
dibentuk Tim Literasi Sekolah (TLS) yang
bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dan terdiri dari: anggota
komite sekolah, orang tua/wali murid, pustakawan dan tenaga kependidikan, guru kelas, dan relawan literasi atau elemen
masyarakat lain yang membantu pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah. Adapun
peran TLS, diantaranya:
a. Memastikan keberlangsungan kegiatan 15 menit membaca
setiap hari.
b.
Memastikan ketersediaan koleksi buku pengayaan di perpustakaan dan sudut-sudut
baca di sekolah.
c. Mengawasi pengelolaan perpustakaan sekolah dan
sudut-sudut baca di sekolah.
d. Memastikan keterlaksanaan kegiatan di perpustakaan
sekolah minimal 1 jam dalam seminggu.
e. Mengkoordinir pelaksanaan festival literasi, minggu buku,
atau perayaan hari-hari besar lain yang berbasis literasi.
f. Mengkoordinir upaya pengembangan kegiatan literasi
melalui penggalangan dana kepada pelaku bisnis atau penyandang dana lain di
luar lingkungan sekolah.
g. Mengkoordinir upaya promosi kegiatan literasi sekolah
kepada orang tua/wali murid, misalnya melakukan pelatihan membacakan buku
dengan nyaring dan promosi kegiatan membaca di rumah.
h. Mempublikasikan kegiatan literasi
di sekolah, di media cetak, audiovisual, dan daring agar memperoleh dukungan
lebih luas dari masyarakat.
i. Membangung jaringan dengan
pemangku kepentingan terkait literasi, TLS di sekolah lain, dan pegiat literasi
untuk bekerjasama mengupayakan GLS yang berkelanjutan.
3.
Tahap pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan untuk
mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan
membaca, serta meningkatkan kecapakan literasi peserta didik melalui buku-buku
pengayaan dan buku teks pelajaran.
Kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran berfokus pada peningkatan kemampuan berbahasa repesif (membaca dan
menyimak) dan aktif (menulis dan berbicara) yang disajikan secara rinci dalam
konteks dua kegiatan utama, yakni membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan
menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area bahasa (membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara) dapat dilakukan secara terukur dan
berkelanjutan.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada
tahap pembelajaran, antara lain:
a. Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan
kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan
penelitian tindakan kelasa (PTK).
b. Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan
memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
c. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran.
d. Guru menerapkan berbagai strategi membaca untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip kegiatan pada
tahap pengembangan, diantaranya:
a. Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi
peserta didik dan tujuan kegiatan membaca.
b. Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang
seimbang untuk kegiatan membaca nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan
membaca bersama.
c. Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan non-fiksi
untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan buku teks
pelajaran.
d. Pengajaran berfokus pada proses. Peserta didik berbagi
dan mendiskusikan draf pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman.
e. Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan
majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik.
f. Melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta
didik.
Akhirnya, GLS di SD ada untuk
mengembangkan pelaksanaan kegiatan literasi sekolah di SD yang efektif dan
berkelanjutan. Penumbuhan budaya literasi pada diri peserta didik bukan hanya
tugas sekolah, namun juga merupakan tanggung jawab keluarga, pelaku bisnis dan
media, pemangku kebijakan, dan elemen masyarakat lain.
2.2 Contoh penerapan Literasi Sekolah
Kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran bertujuan untuk mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan
dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta
didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.
1.
Kecakapan Literasi di SD
Kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak)
dan aktif (berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks
dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan membaca
dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area berbahasa
tersebut (membaca, menyimak,berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara
terukur dan berkelanjutan. Jenjangkemampuan membaca dan menulis dibagi dalam
tiga tingkatan: awal, pemula,dan madya, yang merentang dari SD kelas rendah ke
kelas tinggi.
a.
Jenjang Kemampuan Membaca di SD
Jenjang Kelompok Kemampuan Kemampu
b. Jenjang Kemampuan Menulis di SD
Seperti halnya kemampuan membaca,
kemampuan menulis dapat bervariasidi jenjang SD. Pemeringkatan kemampuan
menulis adalah sebagai berikut
2. Fokus Kegiatan pada Tahap Pembelajaran
Kegiatan yang
dapat dilakukan di tahap pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1) Guru mencari metode pengajaran yang
efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung
hal ini, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas.
2) Guru mengembangkan rencana
pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
3) Guru melaksanakan pembelajaran dengan
memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi
pembelajaran.
4) Guru menerapkan berbagai strategi
membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama)
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pembelajaran
a. Kegiatan
membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi (jenjang kemampuan membaca dan
menulis) peserta didik dan tujuan kegiatan membaca.
b. Kegiatan
membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang untuk kegiatan
membacakan nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama.
c. Guru
memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan non-fiksi untuk memperkaya pemahaman
peserta didik terhadap materi ajar dan buku teks pelajaran.
d. Pengajaran
berfokus pada proses, dan bukan pada hasil. Peserta didik berbagi dan mendiskusikan
draf pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman.
e. Kegiatan
menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan majemuk dan keragaman gaya
belajar peserta didik.
f. Guru
melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik. Guru dapat
mencontohkan cara memahami bacaan dan cara mengeksplorasi gagasan untuk
menulis. Dengan memperagakan cara membaca dan berpikir untuk memahami bacaan,
pendidik dapat:
1) menunjukkan
cara menerapkan strategi memahami bacaan;
2) menunjukkan
kepada peserta didik bahwa memahami bacaan merupakan suatu proses yang dialami
oleh setiap orang; dan
3) memberikan
motivasi untuk membaca untuk memperoleh pengetahuan. Pendampingan terhadap
peserta didik dalam kegiatan literasi dapat dilakukan dalam bentuk:
1) meminta
peserta didik untuk berbagi draf karya dan mendiskusikan dengan teman satu
kelompok;
2) melakukan
kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, dan membaca bersama
peserta didik untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap bacaan;
3) memberikan
masukan terhadap draf karya peserta didik dengan merujuk kepada rubrik jenjang
kemampuan menulis; dan
4) membantu
peserta didik untuk mengeksplorasi gagasan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terkait bacaan. Usahakan untuk memberikan komentar dan masukan yang memotivasi
dan detil pada karya peserta didik. Sebutkan elemen dari karya yang telah
dicapai, lalu tambahkan beberapa saran untuk meningkatkan kualitas karya.
g. Peserta didik
dapat mengerjakan tugas secara individual atau berkelompok.
h. Setiap
orang/kelompok peserta didik dapat mengerjakan tugas yang berbeda sesuai dengan
jenjang kemampuan literasinya.
i. Guru
memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan latar peserta didik untuk memperdalam
pemahamannya terhadap bacaan.
4. Langkah-langkah Kegiatan di Tahap
Pembelajaran
1 Berbagai cara membaca
2
Memilih buku pengayaan untuk pembelajaran
3 Menggunakan buku pengayaan untuk kegiatan menulis kreatif (SD kelas
tinggi)
4
Contoh-contoh lembar catatan siswa dalam menanggapi bacaan (buku pengayaan/buku
teks pelajaran)
5 Contoh-contoh kegiatan berkarya dengan teks
(literacraft)
6 Berdiskusi dengan teman (think-pair-share)
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dunia pendidikan dengan
literasi tidak akan pernah bisa di pisahkan . Untuk sekarang mari kita
bersama-sama utuk mengajak kembali kepada semua pihak khusunya para-para murid
kita untuk membuadayakan kembali tentang literasi .
Membiasakan kembali
tentang bagaiman serunya mebaca, belajar menulis dan lain-lainnya. Anak-anak
dibiasakan untuk bisa sejak dini atau awal untuk mengenal tetang literasi.
Pembiasaan ini sangat mendukung dan guru ataupun sebagai pendidik untuk
memberikan pengajar atau setdaknya di mulai dari ibu guru nya sendiri.
Budaya literasi ini
sudah ada perhatian khusus dari pemerintah , jadi sudah tidak ada alasan untuk
tidak mengenal literasi lagi.
Semoga dengan adanya
karya ini bisa memberika informasi da semngat
baru untuk kita semua , terutama di bidang membaca.
3.2 SARAN
Sehubungan dengan bahasan makalah ini, saya mengharapkan kritik dan saran
para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar
lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana tentang tanaman hijau.Marilah
semua calon pendidik untuk masa yang akan dating, kita bersama-sama belajar
mengenai proses pembuatan makanan pada tumbuhan hijau ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah
kementrian pendidikan dan kebudayaan tahun
2016. 2016 . Panduan , Gerakan Literasi
di Sekolah Dasar. Jakarta .
Kementrian pendidikan dan kebudayaan 2013,2013. Kurikulum 2013 kompotensi dasar sekolah dasar
dan madrasah ibtidaiyah
http://www.pediapendidikan.com/2016/07/tiga-tahap-gerakan-literasi-sekolah.html diakses tanggal 02 desember 2017 pukul 08.34
https://steemkr.com/indonesia/@darmawanbuchari/gerakan-literasi-sekola
20171117t22031536 diakses tanggal
05 desember 2017 pukul 09.00
https://gurusd.web.id/contoh-program-literasi-sekolah diakses pada tanggal 5 desember 2017 pukul 10.00
izin saya untuk ambilmaterinya ya dan tetap saya cantumkan sumbernnya kok
ReplyDelete